Samarinda Tempo Doeloe : Sejarah lokal 1200-1999
Buku berjudul Samarinda tempoe doeloe merupakan tulisan sejarah lokal, Samarinda yang menjadi objeknya, ada tiga konsep lokal yaitu : 1.sebagai unit administrasi politis dimana sejarah samarinda sebagai pusat kota birokrasi sejak pemerintah Kolonial Belanda menetapkannya sebagai Vierkante Paal dan wilayah satu pal persegi sesuai dengan SK gubernur Hindia Belanda no. 75 Tanggal 16 agustus 1896.;2.Sebagai unit kesatuan etnis kultural, Samarinda sebagai sebuah ruang lokal yang telah memiliki peradaban manusia dengan eksistensi perkampungan kuno pada abad ke 13 M.;3. Kualifikasi unit administratif bagi kumpulan etnis-kultural, Samarinda menjadi kota administratif pada Tahun 1959 ketika terbentuknya Pemda Kotapraja Samarinda dengan cakupan wilayah 7 kecamatan seperti Sanga-Sanga, Samboja dan Muara Jawa (Kukar).Perang dunia II yang melibatkan Belanda dan Jepang akhir tahun 1941, pada awal Tahun 1942 berpengaruh pada kondisi Samarinda dalam segala bidang seperti pada perubahan sosial politik bagi pergerakan kemerdekaan pribumi karena menyerahnya Belanda kepada tentara Jepang.Pada tanggal 3 Febuari 1942 tersebut.Kalimantan Timur resmi menjadi bagian dari R.I. pada tahun 1950 Samarinda adalah Ibukota Keresidenan Kalimantan Timur, ibukota daerah istimewa Kutai pada tahun 1953.Ibukota Propinsi Kalimantan Timur pada Tahun 1957, Kotapraja pada Tahun 1959, Kotamadya pada Tahun 1965 terakhir sebagai kota pada tahun 1999 (UU no. 22 tahun 1999).Ada 4 versi asal usul nama Samarinda. 1. Samarinda berasal dari Bahasa Melayu, kata “Sama” dan “rendah” penduduk di Samarinda Seberang tidak ada yang lebih tinggi antara satu dengan lainnya.;2.Samarinda berasal dari Bahasa Banjar, kata “Sama” dan “Randah” berdasarkan persamaan ukuran tinggi Sungai Mahakam dengan daratan di tepiannya sama rendah.;3.Berasal dari Bahasa Sansakerta yaitu ‘Samarendo” artinya selamat sejahtera.;4.Berdasarkan tradisi lisan bahwa nama Samarinda berasal dari Bahasa Melayu dari kata “Samar” dan “Indah”.Versi 1.diklaim pada awal mula rombongan Bugis Wajo bermukim di Samarinda Seberang.Pendapat Tim penyusun sejarah Samarinda tahun 1987 mengadakan seminar pada 21 agustus 1987 sebagai penyaji makalah bapak H.Dachlansjahrani selanjutnya seminar tersebut memutuskan, terjadi peristiwa kedatangan rombongan Bugis Wajo dipimpin oleh La Mohang Daeng Mangkona di wilayah Kutai Kartanegara pada tanggal 21 Januari 1668, maka tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi Kota Samarinda. Penetapan yang jatuh pada tanggal 21 Januari 1668 kemudian mendapat legitimasi politis pada saat kepemimpinan Walikota Samarinda Drs.H. Andi Waris Husain. Dengan peraturan Daerah kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor 1 tahun 1988 pasal 1 berbunyi “hari jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M bertepatan dengan tanggal 5 Sya’ban 1078 Hijriyah” ( Masitah)